Marcus Aurelius - Meditations: Book 1 (Indonesia)
Marcus Aurelius - Meditations: Book 1 (Indonesia) :
Kita akan membaca salah satu karya klasik yang sangat berharga, yaitu "Meditations" oleh Marcus Aurelius. Khususnya, Book 1, yang merupakan bagian awal dari kumpulan refleksi pribadi sang Kaisar Romawi.
Dalam Book 1, Marcus Aurelius menyampaikan ucapan terima kasih dan refleksi tentang pengaruh orang-orang terdekatnya dalam hidupnya. Di sini, dia berbagi pelajaran yang didapat dari kakek, orang tua, guru, dan teman-teman, yang membentuk pandangannya tentang kehidupan dan filosofi.
Jika kamu penasaran tentang bagaimana pemikiran seorang kaisar bisa menginspirasi kita hari ini, atau jika kamu hanya ingin melihat bagaimana nilai-nilai kebajikan dan disiplin ditanamkan sejak dini, jangan lewatkan pembahasan ini. Mari kita mulai menjelajahi wisdom dari salah satu pemikir terbesar sepanjang masa!
"Dari kakekku Verus, aku belajar tentang moral yang baik dan bagaimana mengendalikan diri."
"Dari reputasi dan kenangan tentang ayah saya, saya belajar tentang kesederhanaan dan karakter pria yang baik."
"Dari ayahku, aku belajar tentang kelemahlembutan, tekad yang tak tergoyahkan, dan kerja keras. Dia tidak mementingkan kehormatan dan selalu siap mendengarkan ide-ide untuk kebaikan bersama. Dia menunjukkan ketulusan dan keterbukaan dalam pendapatnya, serta menjaga sikap yang konsisten dan jujur."
"Dia tidak pernah dikuasai hasrat atau kebanggaan, selalu berperilaku adil dan sederhana, dan tidak menganggap dirinya lebih dari orang lain. Dia juga menjaga kesehatan dengan baik, tanpa berlebihan, dan menghindari perubahan yang tidak perlu. Semua tindakannya dilakukan dengan bijaksana, tanpa pamer atau kemunafikan.""Dari ibuku, aku belajar tentang kesalehan, kebaikan, dan menghindari bukan hanya perbuatan jahat tapi juga pikiran jahat; serta hidup sederhana, jauh dari kebiasaan orang kaya.""Dari buyutku, aku belajar untuk tidak sering pergi ke sekolah umum dan lebih memilih guru yang baik di rumah, serta pentingnya mengeluarkan uang untuk hal-hal seperti itu.""Dari penguasaku, aku belajar untuk tidak terlibat dalam partai hijau atau biru di arena, atau dalam pertarungan gladiator Parmularius atau Scutarius; dari dia juga aku belajar ketahanan kerja, keinginan yang sedikit, bekerja dengan tangan sendiri, tidak ikut campur urusan orang lain, dan tidak mudah mendengarkan fitnah.""Dari Rusticus, aku belajar bahwa karaktermu butuh perbaikan dan disiplin; aku tidak boleh terjebak dalam tiruan sophistik, menulis tentang hal-hal spekulatif, memberikan pidato kecil, atau menunjukkan diri sebagai orang yang disiplin hanya untuk pamer.""Aku juga belajar untuk menghindari retorika, puisi, dan tulisan yang rumit; tidak berpakaian luar di dalam rumah; dan menulis surat dengan sederhana, seperti surat yang ditulis Rusticus dari Sinuessa kepada ibuku.""Aku belajar untuk mudah berdamai dengan orang yang telah menyakitiku setelah mereka menunjukkan niat untuk berdamai; membaca dengan cermat, tidak hanya memahami buku secara sepintas; dan tidak cepat setuju dengan orang yang banyak bicara. Aku berterima kasih padanya karena mengenalkanku pada ajaran Epictetus.""Dari Apollonius, aku belajar tentang kebebasan berkehendak, konsistensi dalam menghadapi kesulitan, dan bagaimana menerima kebaikan dari teman tanpa merasa direndahkan."
"Dari Sextus, aku belajar tentang sikap baik hati, kepemimpinan yang bijaksana, hidup selaras dengan alam, dan pentingnya perhatian terhadap teman serta toleransi terhadap orang yang kurang berpengetahuan. Dia bisa bergaul dengan siapa saja dengan baik dan sangat dihormati.""Dari Alexander sang grammarian, aku belajar untuk tidak mengkritik secara kasar, melainkan memperkenalkan ungkapan yang benar dengan cara yang halus.""Dari Fronto, aku belajar tentang bahaya iri hati, kepura-puraan, dan bagaimana orang-orang patrician sering kurang memiliki kasih sayang orang tua.""Dari Alexander sang Platonis, aku belajar untuk tidak sering mengeluh tentang kekurangan waktu dan tidak terus-menerus mencari alasan untuk mengabaikan kewajiban.""Dari Catulus, aku belajar untuk tidak acuh saat teman mengkritik, bahkan jika tanpa alasan, dan berusaha memperbaiki suasana hatinya; serta untuk berbicara baik tentang guru dan mencintai anak-anak dengan tulus.""Dari saudaraku Severus, aku belajar untuk mencintai keluarga, kebenaran, dan keadilan; aku juga belajar tentang para tokoh seperti Thrasea, Helvidius, Cato, Dion, dan Brutus. Dari dia, aku memahami pentingnya pemerintahan yang adil dan merata, dan kekonsistenan dalam filosofi. Aku belajar untuk berbuat baik, memberi dengan ikhlas, dan percaya bahwa aku dicintai teman-temanku. Dia juga tidak menyembunyikan pendapatnya dan selalu jelas dalam keinginannya."--"Dari Maximus, aku belajar tentang pengendalian diri, keceriaan dalam segala situasi termasuk sakit, dan keseimbangan antara kelembutan dan martabat. Dia selalu konsisten, tidak pernah bingung atau kecewa, dan tidak pernah berpura-pura. Maximus melakukan kebaikan dengan tulus, mudah memaafkan, dan tidak pernah berbohong. Aku juga memperhatikan bahwa dia tidak pernah membuat orang merasa dianggap rendah atau merasa lebih baik dari orang lain, serta bisa humoris dengan cara yang menyenangkan."
"Dari Diognetus, aku belajar untuk tidak sibuk dengan hal-hal sepele, tidak percaya pada para pesulap dan pekerja ajaib tentang mantra dan pengusiran roh jahat; tidak membiakkan burung puyuh untuk bertarung, dan tidak terlalu bersemangat tentang hal-hal seperti itu; untuk menerima kebebasan berbicara; dan mendalami filsafat; serta pernah mendengar ajaran Bacchius, Tandasis, dan Marcianus; menulis dialog di masa muda; serta menginginkan tempat tidur papan dan kulit, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan disiplin Yunani."
_
Terima kasih telah membaca. Semoga refleksi awal ini memberi kamu wawasan baru tentang bagaimana kebijaksanaan kuno dapat tetap relevan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Jika kamu merasa terinspirasi, jangan ragu untuk menggali lebih dalam dan mungkin menjadikan ajaran-ajaran Marcus Aurelius sebagai panduan dalam perjalanan hidupmu. Sampai jumpa di pembahasan berikutnya!
Provided by The Internet Classics Archive.
See bottom for copyright. Available online at
http://classics.mit.edu//Antoninus/meditations.html
The Meditations
By Marcus Aurelius
Translated by George Long
0 comments